Monday, September 13, 2010

Sirup Kawis Rembang, The Cola Java


REMBANG, KOMPAS.com - Hampir semua wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, memilih sirup kawis sebagai oleh-oleh Lebaran, karena selain khas produk ini juga sudah dikenal sampai Finlandia dan Amerika.

"Kami belum pernah melewatkan sirup kawis sebagai oleh-oleh Lebaran saat pulang kembali ke Jakarta. Sebab, sirup kawis hampir tidak bisa dijumpai di daerah lain," kata Sumaryono, salah satu warga Jakarta asal Rembang, saat ditemui di Gerai penjualan Sirup Kawis, Toko Dewa Burung, di Rembang, Senin (13/9/2010).

Bahkan, kata dia, Rembang merupakan satu-satunya kabupaten di Indonesia dikenal sebagai produsen sirup kawis. Selain itu, sirup kawis juga disebut sebagai salah satu `trade mark` Rembang yang juga terkenal dengan sebutan kota garam.

"The Java Cola atau cola dari Jawa, menurut saya juga merupakan julukan yang pas untuk sirup kawis," kata Henky Condro, salah satu warga Jakarta asal Rembang yang lain.

Menurut dia, salah satu alasan digemarinya sirup kawis adalah rasanya yang `sepet`, manis, dan cukup menyegarkan.

Sirup kawis terbuat dari sari buah kawis yang merupakan kategori jeruk-jerukan. Ukuran buahnya sedikit lebih besar dari jeruk kebanyakan. Bentuknya berkerut dengan warna kulit buah coklat keabu-abuan dan isinya berbulir warna hitam kecoklatan, tetapi tidak bersekat seperti jeruk.

Buah yang memiliki nama latin `limonia acidissima synferonia` ini, juga memiliki aroma khas dan memang cukup banyak dijumpai di kabupaten ini.

"Kami hanya bisa memperoleh buah kawis sebagai bahan baku pembuatan sirup dari Rembang dan sebagian kecil wilayah di Kabupaten Pati karena kawis biasa tumbuh di wilayah dengan tanah berkapur," kata Pudjiono Hariono, pengusaha dan pemilik Toko `sirup kawis` Dewa Burung.

Menurut dia, selain sirup, limun kawis juga sangat diminati para wisatawan.

"Penjualan sirup kawis pada saat Lebaran cukup ramai, sehingga transaksi meningkat dua kali lipat. Namun, bukan berarti penjualan pada hari-hari biasa sepi, karena merupakan oleh-oleh khas, penjualan tetap cenderung ramai setiap harinya," kata Pudjiono, didampingi Nani Novianti, istrinya.

Dia menyebutkan, sejak diproduksi generasi pertama atau pada masa pengelolaan kakeknya, Njoo Thiam Kiem sekitar tahun 1900-an, sirup kawis kerap menjadi pilihan oleh-oleh kebanyakan wisatawan yang berkunjung di Rembang.

Sirup kawis khas Rembang, kata dia, bahkan sudah beredar di kalangan warga negara Indonesia di Finlandia dan Amerika.

"Kami belum melayani ekspor karena permintaan dalam negeri sudah cukup tinggi. Namun, relasi kami yang sedang studi dan bekerja di dua negara itu sering membawa sirup kawis sebagai oleh-oleh, sehingga sirup kawis dikenal di sana," katanya.

Sementara untuk pasaran dalam negeri, kata dia, sirup kawis banyak digemari masyarakat di Lombok dan Banjarmasin.

"Konsumen kami di sana bahkan sempat harus pesan dulu karena tingginya pemintaan. Sebab, kalau tidak pesan dulu, kami khawatir khawatir stok kami

Harga sirup kawis juga beragam, tergantung ukuran dan kemasannya. Sirup kawis kemasan botol kaca dengan ukuran 620 ml dijual Rp 17.500, kemasan dua liter Rp 54.000, dan kemasan lima liter Rp 113.000.

"Kami juga produksi sirup kawis kemasan botol plastik atau `handypack` Rp 35.500 per dua botol ukuran 575 mililiter. Sedangkan untuk limun kawis kemasan botol plastik hanya Rp 4.500 per botol ukuran 275 ml," katanya.

Dia mengatakan sirup kawis yang diproduksinya berasal sari buah kawis murni dan bukan sekedar perasa atau aroma saja.

"Bahan baku masih tersedia cukup, dan kami hanya memproduksi kawis yang sudah benar-benar matang karena kualitas harus diutamakan. Sebab, jika dipaksakan panen muda, rasa `sepet`nya masih terlalu banyak, kurang manis, dan warnanya tidak begitu coklat," katanya.

No comments: