Saturday, September 25, 2010

Jadi Calon Ibukota, Asing Beli Tanah Jonggol


Semenjak mencuatnya wacana Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sebagai Ibukota baru, spekulan tanah mulai beraksi. Di Desa Sukajaya, Jonggol, misalnya, sudah banyak berdiri papan-papan penjualan tanah.

"Yang sudah dipatok itu berarti sudah terjual," kata Arin, Ketua RT 2/5 Kampung Sodong, Desa Sukajaya, Kecamatan Jonggol.

Arin menyebut, sudah banyak lahan di desanya ini sudah dimiliki warga Jakarta. Fenomena jual-beli tanah ini, kata Arin, mirip seperti di masa Presiden Soeharto berencana menjadikan kecamatan di timur Bogor ini sebagai ibukota. Sebulan belakangan ini, katanya, ramai orang datang ke desanya untuk membeli tanah.

"Di desa ini, harga tanah di pinggir jalan hanya 70 ribu rupiah per meter, sedangkan di dalam atau jauh dari jalan raya hanya 5.000 rupiah per meter. Sebelumnya, harga tanah di pinggir jalan hanya 10.000 rupiah per meter, sedangkan di dalam hanya 3 ribu rupiah per meter," kata Arin.

Kepala Seksi Sosial Kecamatan Jonggol, Omni Aryadi, menyatakan para peminat bukan hanya dari Jakarta, tapi juga warga asing. "Ada juga investor asing dan warga Jakarta membeli tanah warga mencapai hektaran," ujarnya kepada VIVAnews, Jum'at 24 September 2010.

Memang belum ada kepastian apakah memang Jonggol yang dijadikan target pemindahan Ibukota. Namun, beberapa hari lalu, Kepala Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor, Burhanuddin, mengungkapkan, pada awal tahun 2011 akan dilakukan pembangunan infrastruktur di Jonggol. Salah satunya, pembangunan jalan 26 kilometer yang hubungkan Bekasi di utara Jonggol dengan kawasan Puncak, Bogor, di utaranya.

"Kami berbenah dulu di Jonggol dan sekitarnya karena tujuannya sudah jelas untuk mengurangi kemacetan," katanya.

Laporan Ayatullah Humaeni | Bogor
• VIVAnews

No comments: