Friday, September 17, 2010

Pembatasan Premium Berpotensi Mengganggu Investasi


JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai pembatasan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, Premium berpotensi mengganggu arus investasi khususnya otomotif. Prinsipal asing bisa berfikir ulang untuk menanamkan modal usahanya di Indonesia.

Seperti baru saja diberitakan, akhir bulan ini Indonesia diwakili Kepala Badan Kordinasi Penanaman Modal Gita Wirjawan di dampingi Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Darmadi akan ke Korea Selatan untuk menjemput potensi investasi dari Hyundai. Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, saat ini pembatasan BBM memang diusulkan oleh Kementerian ESDM atas dasar survey yang dilakukan oleh Universitas Indonesia namun belum menjadi kebijakan.

Hidayat menilai, kondisi pembatasan bisa membuat investor bisa tahu kalau Indonesia mempunyai masalah dengan persediaan energi. "Tapi bicara investasi kan baru mulai tahun depan. Jadi kami masih bisa memperbaiki kondisi yang ada," ujar Hidayat di Jakarta, hari ini.

Terkait masalah ini, Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Darmadi mengaku tetap optimis bisa mempromosikan Indonesia sebagai negara tujuan investasi terbaik di Asia Tenggara. Indonesia, jelas Budi, masih memiliki berbagai kekuatan yang tak dimiliki negara lain.

"Potensi pasar yang besar merupakan kekuatan utama kita. Didukung dengan kestabilan sosial politik dan pertumbuhan ekonomi yang positif, pasti menjadi daya tarik utama," ujar Budi.

Pemerintah Indonesia, lanjutnya, juga menawarkan berbagai insentif fiskal seperti keringanan bea masuk (impor duty) dan pemotongan pajak pendapatan (PPh) 30 persen selama 6 tahun. "Saya juga memiliki insentif rahasia. Tapi tak bisa dibicarakan, soalnya nanti dicontek negara lain," jelas Budi.

No comments: