Saturday, September 4, 2010

Popularitas SBY turun 19%


Tingkat popularitas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono turun dalam setahun terakhir ini.

Kajian Lembaga Survei Indonesia menyebutkan pada Juli 2009 tingkat kepuasan terhadap SBY pada posisi 85% sedangkan Agustus tahun 2010 mencapai 66%.

Hasil penelitian terbaru Lembaga Survei Indonesia menunjukkan bahwa tingkat ketidakpuasan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan pemerintahannya dari waktu ke waktu menurun.

Dibandingkan pertengahan tahun 2009, popularitas SBY sekarang menurun 19%.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Kuskrido Ambardi mengatakan kepada BBC penurunan itu disebabkan antara lain karena tidak adanya kebijakan SBY yang signifikan.

"Itu merupakan penurunan drastis karena penurunannya begitu konsisten dari waktu ke waktu. Ini berarti dalam satu tahun terakhir tidak banyak prestasi atau kebijakan Presiden yang dianggap penting dan memuaskan," kata Kuskrido Ambardi.

"Kalau seandainya dilihat dari dukungan politik maka sebetulnya menurun, cukup drastis karena selama ini SBY bertengger antara 75% sampai 80%," lanjutnya.
Pengaruh media

Namun Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Socapua mengatakan survei itu sangat dipengaruhi oleh media massa yang banyak menyoroti keurangan pemerintahan SBY bukan karena kebijakan pemerintah.

"Opini masyarakat ini atau masyarakat yang dibuat survei adalah mereka yang terkontaminasi dengan berbagai pemberitaan media massa yang notabene pembicaraan pengamat dan tokoh politik yang berseberangan dengan pemerintah bisa jadi lebih sering frekuensinya daripada yang pro pemerintah," tandasnya.

Terjadi suatu kekecewaan yang sangat mendalam terhadap pemerintahan SBY karena dalam beberapa kali kesempatan tampak jelas tidak ada ketegasan presiden dalam berbagai kebijakan pemerintah

Ikrar Nusa Bhakti

Pengamat politik menilai adanya penurunan tingkat kepuasan terhadap SBY ini berkaitan pula dengan gaya kepemimpinan presiden belakangan ini.

Ikrar Nusa Bhakti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengatakan SBY memang dalam beberapa hal tidak dapat bertindak tegas.

"Terjadi suatu kekecewaan yang sangat mendalam terhadap pemerintahan SBY, baik terhadap pemerintah maupun pribadinya karena dalam beberapa kali kesempatan tampak jelas tidak ada ketegasan presiden dalam berbagai kebijakan pemerintah," katanya.

"Contohnya, presiden tampaknya lebih khawatir dengan naik turunnya harga saham ketimbang naik turunnya harga beras. Kalau harga beras naik dikatakan lumrah karena menjelang Ramadhan atau Lebaran itu, padahal itu menunjukkan presiden kurang mempedulikan rakyat kecil," kata Ikrar.

Bahkan kata Ikrar Nusa Bhakti dalam kasus menangani persoalan perbatasan dengan Malaysia sangat dirasakan masyarakat bahwa pemerintahan SBY tidak tegas.

Bukan ingin berperang dengan Malaysia, katanya, tapi harus melakukan diplomasi yang tegas terhadap Malaysia.

Lembaga Survei Indonesia melakukan kajiannya pada bulan Agustus 2010 melibatkan sekitar 1.800 responden di Indonesia.

No comments: