Friday, September 3, 2010

Kemendiknas Malaysia: Pendidikan RI Lebih Maju, Tapi...


JAKARTA - Kementerian Pelajaran Malaysia mengakui, pendidikan vokasi Indonesia lebih maju. Kondisi ini memacu lembaga pemerintah Jiran semacam Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) tersebut, untuk meningkatkan jumlah sekolah vokasi (kejuruan) dalam dua tahun mendatang.

Peningkatan jumlah vokasi juga dilatari kecenderungan siswa yang memilih program studi vokasi. Sebagai langkah awal, sebanyak 26 Sekolah Menengah Teknik (SMT) akan diubah menjadi Sekolah Menengah Vokasi (SMV). Selanjutnya, perubahan status akan dilakukan secara bertahap pada sekira 40 SMT lainnya.

Diharapkan, pada 2012 Malaysia akan memiliki 60 sekolah vokasi untuk menampung animo siswa yang meningkat pada prodi kejuruan. Rencananya, jurusan penerbangan bahkan akan diperkenalkan di SMV. Demikian seperti dikutip dari Utusan Malaysia, Jumat (3/9/2010).

Saat ini, lulusan sekolah kejuruan seperti jurusan perhotelan dan tata boga kian diminati industri. Penelitian Pemerintah Malaysia menunjukkan, 39 persen siswa cenderung memilih studi akademis, 29 persen minat di pendidikan kejuruan, 19 persen tertarik seni, 9,7 persen memilih budaya dan sosial, serta 2,7 persen mengambil jurusan olahraga.

Selain penambahan jumlah sekolah vokasi, Pemerintah Malaysia juga sedang mempertimbangkan pembangunan perguruan tinggi kejuruan. Namun, rencana ini masih terganjal beberapa kendala. Di antaranya, kurikulum pendidikan saat ini masih terfokus pada segi akademis. Kurikulum pendidikan kejuruan pun belum mampu memenuhi kebutuhan industri dan profesional.

Selain itu, prasarana dan teknologi yang saat ini tersedia belum menunjang perkembangan industri. Ditambah, Malaysia masih kekurangan tenaga pengajar berkualitas dalam bidang kejuruan. Kondisi ini disebabkan karier pada bidang kejuruan masih kurang jelas dan mantap.

Berbagai kendala tersebut menyebabkan pendidikan vokasi di Malaysia saat ini masih dianggap sebagai pendidikan kelas dua. Akibatnya, produksi tenaga ahli pun terhambat.

Kendati Negeri Jiran ini mengakui keunggulan pendidikan Indonesia, namun mereka menilai masih terdapat celah kelemahan. "Indonesia masih kekurangan peralatan teknologi," demikian ditulis media setempat.

No comments: