Saturday, September 11, 2010

Istana Diimbau Pakai Sistem Antri Elektronik


VIVAnews - Banyak kalangan prihatin atas jatuhnya korban jiwa dalam acara silahturahmi Idul Fitri antara masyarakat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Jumat 10 September 2010. Maka, muncul usulan agar diterapkan sistem antrian elektronik sehingga warga tidak perlu berebut bertemu Presiden dan keluarga.

Demikian diusulkan anggota DPR dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mustafa Kamal. Menurut dia, masalah itu muncul akibat lemahnya manajemen antrian di Istana.

"Saya menyesalkan kejadian yang tidak perlu itu meskipun sudah takdir. Saya menyesalkan," ujar Kamal kepada VIVAnews.com, Sabtu, 11 September 2010.

Menurut Kamal, bukan kali ini saja lemahnya manajemen istana berakibat fatal. "Dulu, soal iring-iringan kendaraan pengawal sampai mengganggu lalu lintas, sekarang ada yang lebih fatal lagi," ujar Kamal.

Dia berharap manajemen Istana bisa lebih profesional. Kamal lalu merujuk pada manajemen antrian di bandara dan banyak tempat layanan masyarakat lain, yang sudah menggunakan sistem elektronik. Dengan sistem ini, kata dia, pengantri bisa dipanggil satu-satu tanpa harus berdesakan. "Itu kan aman, orang dikasih tempat duduk berdampingan."

Antrean massa berebut sedekah kembali memakan korban jiwa dan luka-luka. Ironisnya, tragedi ini terjadi di Istana Negara, Jakarta, di acara open house Idul Fitri Presiden Yudhoyono.

Jumat, 10 September 2010, di tengah ribuan orang yang berdesak-desakan seorang tunanetra asal Garut, Joni Malela (45), tewas di lokasi. Selain Joni, 11 lainnya pingsan dan puluhan lainnya luka-luka.

Diduga kuat, insiden ini dipicu beredarnya kabar bakal adanya pembagian uang Rp300 ribu bagi mereka yang bersalaman dengan Presiden SBY. Pada acara serupa tahun lalu warga memang diberi uang Rp250 ribu. Hal itu dijadikan acuan warga untuk kembali berbondong-bondong ke Istana. (kd)
• VIVAnews

No comments: