Saturday, September 11, 2010

Hindari Bermaafan Lewat Facebook!


INILAH.COM, Jakarta - Maaf-maafan Lebaran lewat jejaring sosial saat ini telah menjadi tren. Namun fenomena ini dikhawatirkan akan mengurangi kedekatan komunikasi antarmanusia.

Via Wijaya, 22 tahun, mengaku rajin memanfaatkan jejaring sosial untuk memberikan ucapan selamat ulang tahun, pernikahan hingga perayaan kelulusan. Ia juga sudah melakukan tradisi maaf-maafan lewat media online.

“Dengan menggunakan internet, kita lebih mudah, cepat dan tidak mengeluarkan biaya besar untuk berhubungan daripada bertemu secara langsung. Nggak mungkin setiap ada perayaan, saya dan teman bertemu kan?” ujar junior planner di salah satu perusahaan periklanan di Jakarta ini.

Akibat kemudahan SMS dan jejaring sosial menyebabkan tatap muka langsung jadi berkurang. Bahkan berhubungan lewat telepon yang menawarkan komunikasi secara langsung juga mulai ditinggalkan.

“Pertumbuhan penggunaan data saat ini lebih tinggi dibandingkan layanan telepon atau SMS. Saat ini, orang lebih banyak menggunakan device yang siap dengan teknologi data. Masyarakat memanfaatkan teknologi ini untuk online setiap saat. Apalagi, Facebook dan Twitter telah menarik perhatian begitu banyak orang,” kata Group Head VAS Brand Marketing Indosat Teguh Prasetya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Head of Corporate Communications AXIS Anita Avianty. “Bahkan masyarakat kota yang pulang kampung pun masih memanfaatkan penggunaan layanan data untuk terus berhubungan via internet,” katanya.

Namun fenomena itu menjadi salah satu keprihatinan pengamat media dari Universitas Indonesia Billy K Sarwono. “Teknologi media baru seperti jejaring sosial dan SMS mengurangi kedekatan. Karena adanya media, kita tidak bisa bertemu tatap muka sehingga kehilangan rasa simpati dan empati,” kata dosen cultural studies ini.

Menurut Billy, bentuk komunikasi tatap muka sangat penting karena memberikan makna atas simbol yang ingin kita sampaikan ke orang lain. Sementara meminta maaf saat Lebaran jika hanya menggunakan jejaring sosial dan tidak bertemu langsung, bisa tanpa makna. Dikhawatirkan, ungkapan itu hanya menjadi basa-basi saja.

Billy menyatakan, teknologi memang memberikan berbagai kemudahan bagi masyarakat untuk berhubungan. Namun ia berharap budaya silaturahmi tatap muka tidak hilang begitu saja.

“Saya takut teknologi tidak hanya mendekatkan orang yang berada di jarak jauh, tetapi juga menjauhkan berbagai orang terdekat kita. Ini disebabkan kurangnya komunikasi nonverbal seperti gaya bicara, pelukan, salaman dan sebagainya,” jelasnya.

Billy juga khawatir bahwa masa depan masyarakat Indonesia juga berubah karena tingginya ‘keintiman’ individu dengan teknologi. Dan bisa jadi masyarakat Indonesia di masa depan cenderung individualis.

Di sisi lain, dosen komunikasi di Universitas Indonesia Ade Armando tetap optimis bahwa masyarakat Indonesia tidak akan mengalami ‘kesenjangan hubungan’. “Teknologi SMS atau jejaring sosial memang menawarkan kedekatan. Tapi untuk berhubungan dengan keluarga atau pihak-pihak yang cenderung intim, saya rasa kita masih memilih menggunakan telepon atau bertemu langsung.”

Menurut Ade Armando, penggunaan media telepon atau bertemu langsung sebagai bentuk komunikasi memang lebih ‘hangat’ karena menawarkan pola hubungan langsung dan tidak terbatas.

“Kalau kita berhubungan dengan keluarga dekat atau teman akrab cuma lewat teks pasti cenderung tidak sopan. Budaya saling berkunjung menciptakan kehangatan tersendiri. Ada kedekatan antarpersonal yang terjalin,” ujar mantan anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) ini.

Jejaring sosial, menurut Ade Armando tidak serta merta menghapus budaya paguyuban di Indonesia. Menurutnya orang Indonesia masih merasa tidak sah kalau Lebaran tidak bertemu langsung. Buktinya, budaya kumpul-kumpul dan duduk bersama serta mudik hingga kini masih ada.

Ade Armando optimis bahwa masyarakat Indonesia saat ini belum individualis dan sangat tergantung pada internet. “Kita belum terjebak menjadi masyarakat yang individualis dan terlalu mekanistik dengan orientasi komunikasi lewat mesin,” tegasnya. [ito/mdr]

No comments: