Saturday, September 4, 2010

Misteri Tewasnya Pahlawan Sains Indonesia

VIVAnews - Ada sifat kepahlawanan dalam diri setiap manusia. Namun, untuk menjadi pahlawan, seseorang harus rela berkorban, termasuk memberikan nyawanya.

Sikap luar biasa itulah yang ditunjukan Kepala Laboratorium Eijkman, Prof Dr Achmad Mochtar.

Kepalanya dipenggal, tubuhnya digilas traktor tentara Jepang untuk menutupi skandal vaksin tetanus beracun.

Kisah tragis itu terjadi pada tahun 1945. Seorang ilmuwan dari Unit Riset Klinis Oxford University, Inggris, Kevin Baird ikut mengungkap misteri di balik kematian salah satu ilmuwan terbesar Indonesia itu.

Temuan Kevin Baird menegaskan bahwa Achmad Mochtar tak sekedar martir bagi negara Indonesia, tapi juga bagi profesinya sebagai ilmuwan. Dia adalah pahlawan yang mengorbankan hidupnya agar para stafnya bisa lolos dari kematian.

Baird -- Direktur Oxford University Clinical Research Unit di Jakarta -- menghabiskan waktu beberapa bulan untukmenginvestigasi tewasnya Achmad Mochtar -- yang saat itu dituduh bertanggung jawab atas kematian para romusha di Kampung Klender, Juli 1944.

Seperti dimuat The Observer, senyatanya kematian Achmad Mochtar adalah hasil dari kegagalan eksperimen medis yang dilakukan pemerintah Jepang.

Para romusha diberi vaksin tetanus buatan para dokter Jepang -- sebelum vaksin itu diberikan kepada para tentara dan penerbang Jepang.

Vaksin itu gagal, 900 romusha tewas saat itu.

Untuk menutup-nutupi skandal itu, Jepang menyalahkan Mochtar dan stafnya di Eijkman -- yang memberikan vaksin.

Para dokter itu dipenjara pada Oktober 1944. Mereka dipukuli, disundut api, dan disetrum listrik. Satu di antara mereka tewas.

Jepang lalu membebaskan semua staf kecuali Mochtar. Baid -- sang investigator -- menemukan fakta bahwa Mochtar jadi kambing hitam -- dipenggal dan dilindas -- demi membela para stafnya.

Achmad Mochtar bukan hanya pahlawan bagi Indonesia, ia adalah pahlawan bagi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan," kata Baird kepada Observer.

"Dia mengorbankan semuanya, bahkan istrinya yang harus menjanda. Dia menyerahkan diri untuk para stafnya, kolega, dan teman-temannya."

Hal yang sama juga ditemukan investigator lainnya, Sjamshidajat Ronokusumo. "Dia tewas sebagai martir, untuk melindungi para bawahannya. Butuh 65 tahun untuk menguak tabir kematian Achmad Mochtar.
• VIVAnews

No comments: