Friday, September 10, 2010

Korea Selatan dan Korea Utara Mau Rujuk?


Presiden Korsel Lee Myung-bak, Jumat (10/9/2010) berharap memperluas hubungan perdagangan dengan Korut melalui pembangunan satu kawasan pabrik kedua, apabila kedua negara yang berseteru itu menghentikan ketegangan.

Kedua Korea berada dalam ketegangan sejak Seoul menuduh Pyongyang menyerang satu kapal perangnya Maret, menewaskan 46 pelaut.

Pyongyang membantah tuduhan itu dan mengatakan pihaknya akan membalas dengan kekuatan militer jika Korea Selatan (Korsel) mengenakan sanksi-sanksi, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Kompleks industri Kaesong yang terletak persis utara perbatasan yang membagi dua semenanjung itu adalah satu-satunya saluran yang masih terbuka antara kedua negara yang secara teknis masih dalam perang, karena hanya menandatangani gencatan senjata pada akhir Perang Korea 1950-1953.

"Saya yakin kompleks Kaesong kedua dapat dibangun dan saya ingin melihat hal itu terwujud," kata Lee kepada jaringan televisi negara 24 Rusia dalam satu wawancara di sela-sela satu forum di Yaroslavl, utara Moskow.

"Tetapi agar rencana itu terwujud seluruhnya tergantung pada Korut.

Pernyataan-pernyataan itu disiarkan kantornya di Seoul.

Sekitar 40.000 orang bekerja di proyek Kaesong dibangun tahun 2003 berdasarkan Kebijakan Sinar Matahari orang yang digantikan Lee sebagai satu model kerja sama ekonomi masa depan antara kedua negara.

Kedua negara memperoleh keuntungan dari Kaesong. Perusahaan-perusahaan Korsel menggunakan tenaga kerja murah Korut untuk memproduksi alat-alat rumah tangga, sementara Korut yang miskin kompleks itu adalah satu sumber uang yang menguntungkan bagi uang kontan.

Lee menghentikan bantuan untuk Korut dan menolak melakukan dialog setelah ia berkuasa tahun 2008, mendesak Pyongyang menghentikan ambisi nuklirnya jika ingin menjalin hubungan perdagangan yang menguntungkan dengan Korsel.

No comments: