Saturday, September 11, 2010

Kebakaran di Porong Bakar 3 Rumah dan 3 Warga


SIDOARJO - Semburan lumpur Lapindo yang disertai gas metan terus memunculkan ancaman bagi warga sekitar. Tiga rumah di Desa Siring, Kecamatan Porong, Selasa malam (7/9), terbakar. Tiga warga menjadi korban kebakaran tersebut. Dua di antara mereka mengalami luka bakar serius.

Ketiga korban itu adalah Purwaningsih, 55; Debi Purbianto, anak Purwaningsih, 23; dan Budirahayu, 50. Berdasar data yang dihimpun Jawa Pos, kebakaran tersebut terjadi sekitar pukul 22.30. Tiga rumah yang terbakar adalah milik Suncoko, Purwaningsih, dan Okki Andrianto, ketiganya warga Jalan Beringin. Sampai berita ini ditulis, penyebab awal kebakaran masih simpang siur karena kejadian itu begitu cepat.

Beberapa sumber di lapangan menyebutkan, awalnya, Purwaningsih menyalakan api di atas tungku buatan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) yang memanfaatkan gas dari bubble. Tungku itu bisa menyala karena dialiri gas dengan menggunakan pipa.

Saat dia menyalakan tungku, tidak terjadi apa-apa. Namun, tiba-tiba api diketahui sudah menjalar ke mana-mana. Abdul Halim, salah seorang saksi, melihat saat itu api sudah menjalar di atas Jalan Beringin. Api menjalar di atas jalan penghubung rumah Purwaningsih, Okki, dan Suncoko yang berjarak sekitar sepuluh meter. "Saya biasa lewat sini. Tapi karena ada api, saya tidak berani lewat," katanya.

Kobaran api itu lantas membakar sebuah toko milik Okki yang berada di rumah Jalan Beringin Nomor 5. Sempat terjadi ledakan beberapa kali disertai hembusan api dari bawah yang menimbulkan getaran.

Akibatnya, sebuah sepeda motor dan seluruh isi toko yang baru diisi barang dagangan beberapa hari lalu itu musnah terbakar. "Untung saja tidak ditempati kalau malam. Siangnya, anak saya di toko," kata Okki.

Bukan hanya itu, bagian dalam rumahnya juga menjadi kolam api. Dari sebuah kolam yang berukuran sekitar 8 x 7 meter persegi itu keluar semburan lumpur disertai gas. Api pun mewarnai permukaan air yang terus bergolak seperti mendidih. Warga di sana ada yang menyebutnya sebagai neraka kecil. Kolam tersebut terbentuk karena sebelumnya tembok yang di atasnya ambles.

Petugas pemadam kebakaran sempat kesulitan memadamkan api. Lebar jalan yang hanya sekitar empat meter menyulitkan pergerakan petugas. Selain itu, lokasi kebakaran cukup jauh di dalam rumah. Ditambah lagi, banyaknya warga yang menonton mengakibatkan aparat harus turun mengusir warga yang mendekat.

Belasan mobil pemadam kebakaran dikerahkan. Namun, api baru bisa dikendalikan sekitar pukul 03.30 setelah mobil pemadam bolak-balik untuk mengisi air karena kehabisan. BPLS juga menyemprotkan cairan busa untuk memadamkan api agar tidak bergeliat lagi.

Sebelumnya, rumah Okki pernah mengalami hal serupa pada 7 Juli 2009. Semburan gas di rumah tersebut mengeluarkan api hingga membesar dan akhirnya bisa dikendalikan. Namun, hal itu terulang pada 7 September 2010 kemarin.

Bukan hanya itu, rumah Suncoko yang bersebelahan dengan rumah Okki pun ikut terbakar. Api sempat membubung hingga setinggi atap rumah. Setelah disiram air, api pun padam. Namun, dari titik tersebut tetap mengeluarkan suara mendesis yang bisa didengar dari jarak sepuluh meter.

Sementara itu, api juga membakar sisi dalam rumah Purwaningsih. Beberapa perabot rumah tersulut api. Purwaningsih yang saat itu sedang menonton televisi bersama Debi, anaknya, langsung tersambar api.

Menurut Hadi Wijayanto, 56, suami Purwaningsih, saat kejadian, dia sedang berada di gudang rumahnya. Sementara Purwaningsih dan Debi Purbawiyanto menonton televisi. Tiba-tiba api masuk ke dalam rumah dan menyulut ibu serta anak tersebut.

Melihat hal itu, Hadi segera mengambil air seadanya untuk memadamkan api, yang juga menyulut perabot rumah tangganya. Saat api masih menyala, dia tidak berani keluar rumah meski para tetangga meneriaki untuk segera keluar. ''Waktu itu api masih menyulut, saya juga masih bau gas. Jadi, gak berani keluar,'' ucapnya. Setelah api mengecil, Hadi keluar rumah. Untung, dia hanya mengalami luka ringan. Sementara itu, istrinya, Purwaningsih, dan anaknya, Debi, mengalami luka cukup serius.

Budirahayu, korban lain, mengalami hal yang sama. Saat kejadian, kebetulan dia sedang menengkok rumah di Siring Barat yang sudah tidak ditempati. Dia kaget dan penyakit asma yang dideritanya pun akhirnya kambuh. Oleh beberapa warga, Budirahayu dibawa ke RSUD Sidoarjo. Namun, karena lukanya hanya ringan, dia langsung diperbolehkan pulang.

Sementara itu, Purwaningsih dan Debi saat ini dirawat di Ruang Mawar Pink RSUD Sidoarjo. Purwaningsih mengalami luka bakar sekitar 58 persen. Dia mengalami luka bakar di bagian muka, punggung, tangan, dan kaki. Sedangkan Debi mengalami luka bakar sekitar 48 persen. Dia mengalami luka bakar di punggung, wajah, tangan, dan kaki.

Kapolres Sidoarjo AKBP M. Iqbal di lokasi kejadian mengatakan, pihaknya akan menyelidiki kebakaran tersebut. Dia bakal menerjunkan saksi ahli untuk mengetahui penyebab terjadinya kebakaran itu. "Apakah karena kelalaian warga atau petugas lapangan BPLS. Kami akan cari tahu," ucapnya.

Humas BPLS Akhmad Khusairi menyatakan, kebakaran tersebut tidak berasal dari kompor gas alam, melainkan dari sulutan api yang mungkin berasal dari petasan. ''Kalau berasal dari ledakan kompor, rumah korban pasti sudah hangus terbakar,'' ujarnya. (eko/adh/byu/c3/nw)

No comments: