Sunday, June 10, 2012

Roket Indonesia untuk Damai atau Perang

Prestasi membanggakan datang dari anak bangsa, yang berhasil meluncurkan roket terbesar dengan nama RX-420. Roket yang akan digunakan untuk pengorbit satelit itu mampu menjangkau radius 101 kilometer, dengan kecepatan 4,4 mach atau setara dengan kecepatan suara sekitar 344 meter per detik.

Juru bicara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Elly Kuntjahyowati, dalam keterangan tertulis kepada VIVAnews, Kamis, 2 Juli 2009, mengatakan, uji terbang roket itu merupakan tahapan untuk membangun Roket Pengorbit Satelit (RPS) yang diharapkan terbang pada 2014.

Peluncuran itu sukses dilakukan di Instalasi Uji Terbang Lapan, Pameungpeuk, Jawa Barat. RX-420 adalah roket terbesar yang dibuat Lapan. Uji terbang roket tersebut merupakan tahapan untuk membangun Roket Pengorbit Satelit (RPS) yang diharapkan terbang pada 2014.

Roket Pengorbit Satelit itu sendiri terdiri dari empat tingkat. Tiga tingkat dibangun oleh roket RX-420 dan satu tingkat seri RX-320. RX-420 yang sukses diluncurkan kemarin rencananya akan menjadi booster alias roket pendorong RPS yang dikembangkan Lapan.

Sebelum melakukan uji coba terbang roket RX-420, Lapan melakukan uji statiknya pada 23 Desember 2008 di Tarogong, Jawa Barat. Dalam uji statik itu, RX-420 mampu menghasilkan daya 100 ton detik.

Tahun lalu, Lapan telah berhasil menerbangkan dua RX-320. Roket berdiameter 320 mm tersebut diluncurkan pada 02 Juli dan 30 Mei 2008 di Pameungpeuk, Jawa Barat.

Biasanya, negara yang melakukan uji coba sistem senjata kerap mendapatkan perhatian khusus dunia. Begitu juga saat uji coba RX-420 kemarin. Media-media asing justru yang lebih gencar memberitakan. Apalagi, Indonesia dengan Malaysia kerap disinggung dengan isu sengketa perbatasan.

Pembuatan roket Indonesia saat ini bukan untuk kepentingan militer. "Lapan selama ini mengembangkan roket hanya untuk kepentingan damai," kata Menteri Negara Riset dan Teknologi, Kusmayanto Kadiman, saat menyaksikan uji coba di Garut, kemarin.

Tetapi Menteri Pertahanan, Juwono Sudarsono, memiliki pendapat lain. Tidak menutup kemungkinan, roket akan mengganti alat utama sistem persenjataan atau alutsista seperti pesawat dan kapal perang. Apalagi di daerah-daerah perbatasan.

"Salah satu uji coba Lapan dan Menristek adalah untuk mengajukan alternatif salah satu penangkal, tidak perlu kapal perang atau senjata. Tapi rudal yang berpangkal di darat," kata Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono di Universitas Paramadina Mulya, Jakarta, Kamis, 2 Juli 2009.

Menurut Juwono, Departemen Pertahanan masih menghitung kembali apakah biayanya lebih murah atau sebaliknya. "Sedang dipertimbangkan dari anggarannya. Apakah perlu rudal itu cukup sebagai penangkal, atau masih perlu kapal laut dan udara. Anggarannya dari Dephan," ujar Juwono.

Penelusuran VIVAnews di Departemen Pertahanan, ide produksi rudal dalam negeri mulai tercetus tahun 2005. Dana sebesar Rp 2,5 miliar digelontorkan untuk proyek pembuatan rudal pada tahun itu.

Dan bila itu terwujud Dephan akan menggandeng PT Pindad Indonesia, pabrik senjata dalam negeri yang melakukan penelitian hulu ledak kaliber 122 milimeter.

No comments: