Thursday, June 21, 2012

RI Ragukan Data Pelancong ke Malaysia

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyangsikan catatan pemerintah Malaysia yang melaporkan jumlah kunjungan wisatawan asal Indonesia ke Negeri Jiran itu mencapai 2 juta orang, atau terbanyak kedua, selama 2011.

"Kalau dari statistiknya, 2011 itu tidak sampai dua juta, cuma sejuta sekian. Tapi, perhitungan dari Malaysia itu bikin kami sangsi," kata Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Abdul Kadir kepada VIVAnews di Jakarta, Rabu 20 Juni 2012.

Menurut Kadir, selama ini, pemerintah Malaysia menggunakan sistem penghitungan jumlah kunjungan wisatawan yang berbeda. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia yang hilir mudik ke Malaysia umumnya dihitung berdasarkan kedatangan mereka.

"Misalnya, dari Kepulauan Riau bolak balik ke Malaysia, ya dihitungnya dua kali," ujar dia.

Sementara itu, perhitungan yang dipakai Indonesia hanya menggunakan jumlah kedatangan dari setiap turis yang masuk sebanyak satu kali. "Jadi, pada dasarnya ada perbedaaan cara menghitung," ujar dia.

Kadir juga mengungkapkan, besarnya perhitungan jumlah wisatawan Indonesia ke Malaysia juga disebabkan pemerintah negara itu turut menghitung para pekerja asal Tanah Air yang mencari penghidupan di Negeri Jiran itu.

Padahal, menurut aturan organisasi pariwisata dunia atau UNWTO, setiap pekerja lintas negara seharusnya tidak boleh dihitung. "Di Malaysia itu dihitung bahkan bisa berkali-kali, meskipun hanya lewat," katanya.

Dari pengamatan tersebut, Kementerian Pariwisata memperkirakan besarnya masyarakat Indonesia yang berkunjung ke Malaysia, sebagian besar bukan untuk tujuan wisata. Mereka biasanya datang untuk bekerja.

"Rata-rata pekerja, tidak ada orang yang wisata. Wisatawan sangat kecil jumlahnya," kata dia.

Dibandingkan wisatawan Indonesia yang berkunjung Malaysia, pemerintah justru mengkhawatirkan pelancong Tanah Air yang berwisata ke Singapura. Alasannya, pemerintah tak bisa mencegah masyarakat yang hendak wisata belanja ke negara tersebut.

"Kalau ke Singapura, justru yang sulit dihentikan," katanya.

Sementara itu, Direktur Pengembangan dan Informasi Pasar Kemenparekraf, Budi Pakarti Bangsar, meminta agar Malaysia bertindak jujur terhadap budaya-budaya yang sebetulnya berasal dari Indonesia.

"Saya yakin, faktor kejujuran akan lebih dihargai dibandingkan dengan faktor kosmetik belaka," ujar Budi.

Dia mengaku tak terlalu khawatir dengan banyaknya budaya, yang sebetulnya berasal dari Indonesia, yang digunakan Malaysia untuk menggaet turis mancanegara. Pemerintah yakin, para turis tetap akan mencari negara asli pencipta budaya tersebut.

"Misalnya di Jakarta kan ada Taman Mini Indonesia Indah (TMII), tapi apakah orang Jakarta tidak ingin pergi ke Yogyakarta? Tidak ingin pergi ke Papua? Kan tidak. Mereka akan tetap pergi ke daerah-daerah itu," ujarnya.

Kendati demikian, pemerintah menegaskan siap bertindak tegas jika Malaysia berani mematenkan produk budaya yang sebetulnya berasal dari Indonesia. Selain melanggar etika, paten budaya juga melanggar hubungan negara bertetangga dan serumpun.

Seperti diketahui, Malaysia mengklaim jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Malaysia sepanjang 2011 mencapai 2,13 juta itu. Jumlah itu hanya berada satu tingkat di bawah posisi puncak yang dihuni Singapura. Malaysia mencatat turis asal Singapura mencapai 13,37 juta orang. (art)

No comments: