Tuesday, June 5, 2012

Chavez Dilaporkan "Menghitung Hari"

MADRID — Perjuangan Presiden Venezuela Hugo Chavez melawan penyakit kanker telah "memasuki babak akhir". Demikian laporan surat kabar Spanyol ABC, Minggu (3/6/2012).

Pemimpin berusia 57 tahun itu diprediksi hanya akan mampu bertahan dalam beberapa bulan mendatang, menurut ABC.

Chavez bahkan sudah mengonsumsi obat yang memiliki kekuatan "100 kali lebih kuat daripada morfin" untuk menghilangkan rasa sakit akibat kankernya yang sangat agresif dan efek samping dari kemoterapi yang selama ini dijalaninya. Kanker itu, tulis ABC, bahkan sudah menyerang tulangnya.

Obat itu sangat kuat hingga bisa saja "tubuhnya sewaktu-waktu tidak mampu lagi menerimanya", surat kabar itu mengutip dokter-dokter yang merawatnya.

Chavez saat ini mencalonkan kembali untuk masa jabatan ketiga kepresidenannya. Pada Jumat (1/6/2012), dia mendaftarkan dirinya ke Dewan Pemilihan Nasional. Dalam beberapa jajak pendapat, Chavez unggul dibandingkan dengan calon pesaingnya dari koalisi oposisi.

Sumber-sumber di istana kepresidenan meyakini Chavez tidak akan bertahan hingga hari pemilihan umum, yakni 7 Oktober 2012.

Laporan medis yang dilihat surat kabar Spanyol itu mengungkapkan, Chavez juga menderita rhabdomyosarcoma, tumor otot ganas yang menempel pada tulang, dan sudah menyebar

Selain memberi obat penghilang rasa sakit tentanyl, para dokter spesialis yang merawatnya juga meresepkan "bisphosphonate untuk melawan penyebaran kanker" serta "corticosteroids untuk meredakan efek samping radiasi dan kemoterapi".

Prognosis mengerikan itu dilaporkan beberapa pekan setelah Chavez menyatakan dirinya mengalami pemulihan yang bagus pasca-perawatan di Kuba. Kemoterapi pascaoperasi pada Februari dilakukan untuk mengangkat tumor yang tumbuh setelah itu.

Tumor pertamanya diangkat pada Juni 2011 di Kuba. Tumor ganas itu terdeteksi ketika Chavez jatuh sakit saat berkunjung ke negara itu.

Dua bulan lalu, Chavez memohon kepada Tuhan untuk menyelamatkan nyawanya. Permohonan itu disampaikan ketika dia berbicara di depan masyarakat Katolik di kampung halamannya di Barinas. Dalam acara yang disiarkan langsung melalui televisi nasional itu, Chavez menangis di hadapan keluarga, orangtua, dan kerabatnya.

Selama ini, Chavez tidak pernah menjelaskan secara detail tentang penyakit yang dideritanya. Yang selalu dia katakan adalah kanker itu tumbuh di sekitar panggulnya.

Beberapa waktu lalu, Chavez juga menuduh Amerika Serikat secara sengaja "menularkan kanker" pada para pemimpin Amerika Latin yang berhaluan kiri, setelah para pemimpin Brasil, Paraguay, dan Argentina terkena kanker.

Kabar tentang parahnya penyakit Chavez atau kondisi kesehatannya yang kritis seperti ini bukan yang pertama. Dan, beritanya tidak pernah datang dari media Venezuela.

Sejak dia diketahui menderita kanker dan menjalani pengobatan di Havana, Kuba, muncul sejumlah spekulasi tentang kondisinya. Bahkan sempat beredar kabar bahwa dia meninggal saat dirawat di Kuba.

Namun, rumor-rumor tak sedap itu kemudian dimentahkan dengan penampilanannya di depan publik dengan wajah yang lebih segar meskipun dalam beberapa bulan terakhir Chavez tampil dengan kepala plontos.

Kabar terakhir ini pun belum mendapat tanggapan dari Pemerintah Venezuela atau Chavez secara langsung. Biasanya sepulang dari berobat di Kuba, Chavez muncul di depan publik untuk meyakinkan rakyatnya bahwa dia masih sehat walafiat dan mampu memimpin negara, sekaligus memupus harapan oposisi yamg mengharapkan kekuasaannya berakhir.

No comments: