Tuesday, January 25, 2011

Bayangan Suram Rusia dalam Piala Dunia


MOSKWA, KOMPAS.com - Presiden Rusia Dmitry Medvedev semula dijadwalkan pekan ini mendapatkan penghormatan untuk menyampaikan pidato di Forum Ekonomi Dunia di Davos. Kesempatan itu, menurut rencana, akan digunakan Medvedev guna mengajak para investor menyisihkan perhatian investasi ke Rusia.

Namun, kunjungan Medvedev itu akhirnya urung dilaksakan akibat pemegang pucuk pimpinan Kremlin ini harus mencurahkan perhatian terhadap serangan teroris terbaru yang dilancarkan ke sebuah bandara. Serangan ini secara brutal pula menyentak kembali ingatan Medvedev tentang sejumlah masalah yang harus dihadapinya dalam memperbaharui Rusia.


Rusia mengukir prestasi pada 2010 lewat catatan kesuksesannya dengan terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018. Rusia terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 karena diantaranya dianggap sebagai sebuah negara bersahabat oleh masyarakat internasional.

Namun, serangan bom bunuh diri, yang menewaskan 35 orang, di bandara Domodedovo, Moskwa, kemarin, menekankan kembali rawannya infrastruktur penting yang setiap harinya dipadati ribuan orang itu. Rusia akan menyambut sejumlah besar warga asing dalam beberapa tahun mendatang saat negara ini menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2014 dan Piala Dunia 2018 yang akan diselenggarakan di beberapa kota mulai dari Kaliningrad hingga Urals.

Menyambut terpilihnya Rusia sebagai penjamu Piala Dunia 2018 tahun lalu, Presiden FIFA Sepp Blatter menyatakan," Rusia dan FIFA memiliki visi dan misi yang sama bahwa sepakbola mempunyai arti lebih dari sekedar pertandingan. Rusia akan berupaya maksimal untuk menjamin terselenggaranya Piala Dunia." Komentar Sepp Blatter ini disampaikannya setelah mengikuti beberapa perbincangan dengan Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin.

Bandara Domodedovo merupakan pintu masuk utama ke Rusia bagi sejumlah maskapai internasional seperti British Airways, Emirates and Lufthansa. Pertanyaan yang muncul sekarang adalah bagaimana seorang pelaku bom bunuh diri kemarin bisa lolos ke dalam bandara dan berhasil melancarkan aksinya di ruang kedatangan.

Ini bukan pertama kalinya serangan teroris berhasil dilancarkan di Domodedovo. Pada Agustus 2004, dua wanita pelaksana bom bunuh diri berhasil melewati pemeriksaan keamanan bandara dan menggencarkan serangan di 2 penerbangan domestik sehingga menewaskan puluhan orang.

"Peristiwa kali ini sekali lagi mengingatkan kita bahwa Rusia tidak bertindak maksimal untuk merespon sumber risiko serangan teroris yang ada," demikian komentar Sergei Shishkarev, kepala komite transportasi majelis tingkat rendah Rusia, menanggapi serangan bom bunuh diri kemarin dalam wawancaranya dengan radio Moscow Echo.

No comments: