Sunday, May 26, 2013

Memburu @TrioMacan2000

Sejumlah laki-laki tegap berpakaian safari serba hitam mendadak kalang-kabut. Gerbang rumah di Jalan Widya Chandra III No. 12A Jakarta Selatan itu lalu dibuka lebar-lebar.

“Bapak mau datang,” kata salah satu dari mereka.

Sontak, puluhan fotografer dan kamerawan televisi langsung berdiri berjajar di luar gerbang. Orang yang mereka tunggu-tunggu dari pagi akan segera tiba.

Pukul 15.30, sebuah sedan Lexus hitam berpelat B 1254 RFS memasuki halaman rumah dinas Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah itu. Di dalamnya tampak sang menteri sekaligus Ketua Umum Harian DPP Partai Demokrat, Syarifuddin Hasan.

Sepuluh menit setelah itu, para jurnalis dipersilakan masuk. Di ruang tamu, Syarif duduk berdua dengan istrinya yang muda dan cantik, Inggrid Kansil.

“Sebenarnya saya tidak merasa perlu melakukan press conference ini,” kata Syarif mengawali pertemuan pada 16 Mei 2013 itu. Namun, pria Bugis ini mengaku tak tahan dan memutuskan angkat bicara karena persoalan sudah menyangkut martabat keluarganya. Siri.

Kuda-kudaan

Adalah serangkaian tweet dari akun pseudonym @TrioMacan2000 yang membuat mukanya merah padam. Syarif merasa kicauan yang disebar di jagat maya dua hari sebelumnya itu ditujukan pada dia, istri dan keluarganya.

Di hari itu, @TrioMacan2000 gencar men-tweet seorang menteri tak sengaja memergoki istrinya yang muda dan cantik sedang “main kuda-kudaan” dengan anaknya sendiri. Astagfirullah!

Nama si menteri tak disebut. Namun berbagai tweet berikutnya menyebutkan si istri pernah kuliah di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) di Jakarta Selatan dan berasal dari Cianjur, Jawa Barat. Tak pelak, telunjuk mengarah pada Inggrid Kansil, istri muda Syarif itu.

Syarif, dengan raut muka marah, menyatakan tweet itu fitnah. “Fitnah lebih kejam dari pembunuhan,” katanya, berulang kali, sembari menekankan bahwa motifnya politis.

Dia juga menyatakan kicauan @TrioMacan200 adalah kejahatan serius. Dia bertekad memburunya.

Untuk ini, Syarif berkonsultasi dengan Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring. Namun, dia tak puas dengan saran Tifatul.

"Perjalanannya panjang. Ada hubungannya sama Amerika dan segala macam. Butuh 2-3 tahun," kata Syarif, kebingungan. “Tapi kalau saya mau lawan, harus ke mana? Akunnya saja nggak jelas. Saya mau laporkan ke polisi, tapi siapa yang harus saya laporkan?”

Tak sampai setengah jam, jumpa pers itu selesai tanpa ada kejelasan, apa tindakan Syarif selanjutnya.

Saat para pencari berita hendak beranjak pergi, tiba-tiba datang Menteri Negara Perumahan Rakyat Djan Faridz. Djan, yang juga sempat diserang @TrioMacan2000, terlibat pembicaraan serius dengan Syarif.

Beberapa menit setelah itu, Syarif muncul dengan berlembar-lembar kertas print out. “Saya mau lapor ke Polda Metro Jaya, sekarang,” ujar Syarif mantap.

Pukul 17.00, ditemani sejumlah stafnya dan Djan Faridz, Syarif tiba di Markas Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya. Dia lalu bertemu dan berdiskusi dengan Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Pol. Putut Eko Bayuseno.

Diantar Kapolda, Syarif secara resmi melaporkan @TrioMacan2000. Ada tiga pasal yang jadi landasannya: Pasal 310 dan 311 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Pasal 27 Undang-undang Informatika dan Transaksi Elektronik. Esensinya soal penghinaan atau pencemaran nama baik yang menyerang kehormatan, nama baik, atau martabat seseorang.

Keesokan harinya, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto langsung merilis pernyataan bahwa penyidik sudah mengantongi nama pemilik akun kontroversial itu. "Tidak ada kesulitan untuk menelusuri siapa pemilik akun tersebut karena pada kasus-kasus sebelumnya sudah diketahui siapa yang mengelola. Orang-orang itu akan kami telusuri satu-satu.”

Dari Jamwas sampai Staf Menteri

Seperti diakui Rikwanto, sebenarnya bukan cuma Syarif yang melaporkan @TrioMacan2000 ke polisi. Sedikitnya, ada empat orang lain yang juga sudah mengadukannya.

Pada Juni 2012 lalu, Jaksa Agung Muda bidang Pengawasan Marwan Effendy melaporkan pengacara M. Fajriska alias Boy ke Badan Reserse Kriminal Polri atas sejumlah tweet yang dia anggap telah mencemarkan nama baiknya. Kicauan itu menuding Marwan telah menggelapkan sejumlah uang bernilai ratusan miliar rupiah.

Dalam laporannya, Marwan menyatakan berbagai kicauan @Fajriska itu di-retweet oleh @TrioMacan2000.

Semula, Marwan sempat mengira Fajriska juga berada di balik @TrioMacan2000. Namun, belakangan dia berubah pikiran.

“Saya yakin kalau polisi betul-betul serius, pasti bisa menemukannya. Apalagi alat yang dimiliki polisi kan canggih untuk melacak. Nama @TrioMacan2000 sudah digunakan terus-menerus, masa tak terlacak orang ini siapa?” kata Marwan, kesal, saat ditemui wartawan VIVAnews, Kamis 23 Mei 2013, di kantornya.

Laporan Marwan sendiri sudah bergulir di pengadilan. Pekan lalu, persidangan Marwan versus Fajriska dan @TrioMacan2000 sudah sampai di tahap mendengarkan keterangan ahli.

Usai sidang, Fajriska balik menyatakan justru dia yang terzalimi. Pasalnya, dia merasa tidak pernah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya. Dia juga menegaskan tidak terlibat dalam pengelolaan akun @TrioMacan2000 maupun @Fajriska.

Namun, ini yang menarik, Fajriska mengaku mengetahui siapa pengelola @TrioMacan2000. "Saya sering dimintai nasihat oleh mereka. Terakhir saya marah karena mereka sudah menuliskan kasus moral Syarif Hasan. Saya tidak setuju itu," dia menegaskan. (Baca: Fitnah ke Meja Hijau)

Korban @TrioMacan2000 berikutnya adalah Umar Syadat Hasibuan, Staf Khusus Menteri Dalam Negeri. Perkara ini terjadi pada Juni 2012.

Umar yang saat itu aktif di Twitterland dengan akun @UmarSyadat merasa difitnah secara amat kelewatan oleh @TrioMacan2000. Umar antara lain dituduh @TrioMacan2000 menerima suap Rp500 juta dari Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Lukman Edy. Dan yang bikin dia marah besar adalah saat pesantren yang didirikan ayahnya sejak tahun 1990 disebut @TrioMacan2000 dibangun dari uang haram hasil korupsi.

“Itu semua bohong dan fitnah,” kata Umar, geram. (Baca wawancara lengkap Umar Syadat: “Saya Tahu Persis Siapa Admin @Triomacan2000”)

Pada awalnya, Umar meyakini adalah temannya sendiri, Abdul Rasyid, yang berada di balik @TrioMacan2000. Soalnya, tuduhan-tuduhan terhadapnya itu persis pernah disampaikan Rasyid kepada Umar, sambil berseloroh.

Umar sontak mencecar Abdul Rasyid yang kini menjadi Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa itu.

“Demi Allah, demi Rasulullah, itu Raden Nuh,” kata Umar menirukan pernyataan Abdul Rasyid mengenai siapa sebetulnya yang bersembunyi di balik akun anonim itu.

Umar sendiri mengenal Raden Nuh. Dia aktivis asal Medan yang selama ini dia panggil “Abang”.

Tak terima, maka pada 30 Juni 2012 Umar mendatangi sebuah rumah sakit di Jakarta Pusat. Dia datang ke situ karena mengetahui ibu Raden Nuh tengah dirawat di sana.

“Tidak disangka, saat saya masuk ke Rumah Makan Steak and Ribs yang ada di depan rumah sakit, ternyata Raden Nuh ada di situ. Langsung dia menegur saya, "Mau apa kau? Mau cari @TrioMacan2000? Ya, saya @TrioMacan2000. kami semua @TrioMacan2000," kata Umar menirukan pernyataan Raden Nuh.

Saat itu, Raden Nuh ditemani dua temannya, Benny Kusbandoro dan Kusharjono.

Mereka pun cekcok. Umar mempertanyakan apa motif mereka menjelek-jelekkan dia dan ayahnya. Umar pun memotret mereka, meski diprotes.

Raden Nuh dan dua temannya marah. Kerah baju Umar ditarik. Adik Umar datang membela. Terjadilah perkelahian.

Besoknya, Umar melapor ke polisi. Namun, sampai sekarang laporan itu tak pernah jelas tindak lanjutnya.

Yang menarik, tak lama setelah perkelahian itu, @TrioMacan2000 merilis serangkaian tweet. Isinya: pengakuan terjadinya perkelahian dengan Umar Syadat itu. Tweet ini seperti mengkonfirmasi bahwa Raden Nuh setidaknya adalah salah satu administrator akun itu.

“Umar Syadat juga katakan via Twitter dia mau selesaikan ‘urusannya’ dengan kami secara jantan. Dia twitkan juga dia dkk sedang menuju RS,” demikian di-tweet @TrioMacan2000.

Dan bukan cuma itu laporan yang pernah masuk ke polisi.

Pada 24 September 2012, adalah Abdul Rasyid sendiri yang melaporkan situs triomacan2000.net gara-gara menulis dia adalah salah satu admin @TrioMacan2000 bersama Raden Nuh dan Syahganda Nainggolan, seorang aktivis yang lain.

"Saya melaporkan situs triomacan2000.net sehubungan tulisan atau pemuatan kabar bohong dan pencemaran nama baik," ujar Rasyid di Polda Metro Jaya, ketika itu.

Abdul Rasyid menjelaskan selain itu dia juga dituding menikmati korupsi dari hasil proyek koperasi dan pernah dipecat sebagai Direktur Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran.

Perlu dicatat, umur laporan Rasyid cuma bertahan dua hari. Polisi menghentikan penyelidikan karena Rasyid lalu malah mencabut laporannya. "Karena ini kasusnya delik aduan, maka ketika laporan dicabut kasusnya langsung dihentikan," kata Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Pol. Sufyan Syarif.

Saat ditemui VIVAnews di kantornya, Abdul Rasyid sendiri terkesan malas memberikan penjelasan. Dia bolak-balik mengatakan “tak tahu-menahu”. Dia hanya mengatakan bukan dia pengelolanya. “Masa aku melaporkan diriku sendiri.”

Sama seperti Abdul Rasyid, Ketua Dewan Direktur Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle (SMC), Syahganda Nainggolan, juga membantah berada di balik @TrioMacan2000. “Aku tidak pernah buka Twitter. Jadi, aku sama sekali nggak ngerti. Karena hidup aku di dunia nyata bukan di dunia maya.”

Namun, mantan aktivis Institut Teknologi Bandung itu mengaku mengenal Abdul Rasyid dan Raden Nuh. “Tapi kalau dengan Raden Nuh tidak kenal seperti dengan Rasyid,” katanya.

Syahganda mengaku hanya pernah sekali dua bertemu Raden Nuh, saat Raden menawarkan asuransi. “Dia pedagang asuransi. Itu lama sekali, tahun 2003 atau tahun berapa. Aku tidak ingat lagi. Wajahnya pun aku sudah lupa-lupa ingat,” katanya.

Syahganda juga mengatakan tidak mengetahui apakah Raden sang pengelola @TrioMacan2000. “Aku tidak tahu. Kamu taruh Alquran di kepalaku, aku tetap tidak tahu siapa pemilik akun @TrioMacan2000 itu,” kata dia kepada VIVAnews, Rabu lalu. Dia justru heran kenapa polisi tidak kunjung bisa membongkar identitas pemilik akun itu.

Urusan duit

Sama seperti tudingan-tudingan @TrioMacan2000, oleh mereka yang tak suka akun ini sendiri pun kerap dikaitkan dengan urusan duit.

Isu di seputar ini antara lain mencuat saat putaran kedua Pemilihan Kepala Daerah Jakarta lalu. @TrioMacan2000 yang awalnya sempat agresif men-tweet dengan tagar #SayNotoFoke, belakangan beralih mendukung Fauzi Bowo dan menyerang pasangan Joko Widodo dan Basuki “Ahok” Purnama.

Seorang tokoh kunci di tim Jokowi-Ahok mengatakan sebelum @TrioMacan2000 melancarkan serangan, ada yang datang mengatasnamakan akun itu menemui Ahok dan meminta dana Rp1 miliar. Tak jelas, apakah orang itu memang benar dari tim @TrioMacan2000 atau cuma mencatut nama.

Yang jelas, tawaran itu ditolak Ahok mentah-mentah.

“Malah saya tantang balik. Ngapain mau ketemu? Ngajak kenalan, tapi nyerang kami terus,” kata Ahok kepada VIVAnews.

Ahok tak ambil pusing. “Justru @TrioMacan2000 menolong saya kampanye. Bagi saya, hitam atau putih, tetap saja kampanye. Untung saya, tak usah bayar,” kata politikus Gerindra itu, sembari tertawa lebar.

Embel-embel soal duit juga meruap dalam kasus serangan gencar @TrioMacan2000 terhadap Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Mohammad Jumhur Hidayat.

Tak terima atas serangan tweet @TrioMacan2000, pada 31 Januari 2013 Jumhur Hidayat melaporkan akun ini ke Polda Metro Jaya. Dalam suratnya yang disertai lima lembar lampiran, Jumhur tegas-tegas menyinggung soal pemerasan yang diterimanya begitu @Triomacan2000 mulai berkicau menohoknya. "Ada seseorang yang tidak dikenal identitasnya telah melakukan pemerasan," ujarnya.

Menurut Jumhur, tidak hanya dia yang dimintai uang. Juga para menteri. “Saya bicara dengan beberapa menteri, ternyata memang motifnya uang. Kalau menteri Rp50 juta,” kata Jumhur. Maksudnya, para menteri dimintai Rp50 juta jika tak ingin diserang.

Jumhur sendiri mengaku dimintai Rp30 juta. Dia menolak membayar.

Namun, lagi-lagi @TrioMacan2000 seperti sakti mandraguna, tak bisa disentuh. Laporan Jumhur seperti kembali menguap ke udara.

Raden Nuh tak sendiri

Selasa siang, 21 Mei 2013, sebuah rumah di Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan, terlihat sepi. Rumah tersebut bercat krem, dikelilingi pagar tembok berjeruji besi setinggi 1,5 meter.

Di pangkalan ojek dekat situ, wartawan VIVAnews bertanya apa benar itu rumah Raden Nuh. Salah seorang spontan menjawab “bukan”. Dia bilang di daerah itu ada tiga rumah bernomor sama. “Mungkin rumah yang Anda maksud ada di sebelah sana,” katanya. “Coba saja ke sana.”

Namun, beberapa ibu di sekitar situ membenarkan itu memang kediaman Raden Nuh.

Salah satu tukang ojek belakangan bilang bahwa yang tadi bilang bahwa itu bukan rumah Raden Nuh adalah orang yang biasa membantu Raden Nuh mengurus kelengkapan dokumen dia menjadi calon anggota legislatif dari Partai Hati Nurani Rakyat. Raden Nuh tercatat sebagai calon nomor urut 2 Hanura di daerah pemilihan Sumatera Barat II. Dari kantor Partai Hanura ini lah VIVAnews mendapatkan alamat rumah Raden Nuh.

Sekitar pukul 19.00, sebuah mobil Honda Jazz berwarna merah masuk ke halaman rumah itu. Wartawan VIVAnews lantas mengetuk pintu pagar dan mengucapkan salam.

Keluarlah seorang perempuan. Dia mengakui merupakan istri Raden Nuh. Setelah tahu berhadapan dengan wartawan, dia meminta izin untuk memfoto jurnalis VIVAnews. Entah untuk apa. Namun, dia berkeras menolak menerima surat permohonan wawancara dari VIVAnews. Dia mengatakan suaminya sedang di luar kota dan minta agar surat diserahkan langsung saja ke suaminya.

Keesokan harinya, VIVAnews kembali mendatangi rumah Raden Nuh. Namun, lagi-lagi seorang perempuan di situ--sepertinya pekerja rumah tangga--menyatakan tuannya tak ada di rumah. Wartawan VIVAnews kemudian menyerahkan lagi surat permohonan wawancara yang sama.

Beberapa jam berselang, istri Raden Nuh menelepon jurnalis VIVAnews. Dia meminta surat itu diambil kembali.

VIVAnews sendiri berkali-kali berusaha menghubungi Raden Nuh di dua nomor telepon yang tertera di kartu namanya. Kartu itu diperoleh saat pengusaha Peter Gontha menjamu Raden Nuh di kantornya, September 2012 lalu.

Ketika itu, Raden Nuh menyerahkan kartu nama lengkap dengan jabatannya sebagai Direktur Operasional PT Lumbung Makmur. Ini sebuah perusahaan di Jalan Warung Buncit Raya, Jakarta Selatan. Di situ juga tercantum dua nomor telepon seluler Raden Nuh.

Dua nomor itu tak bisa dikontak, seperti sudah tidak lagi aktif. Saat didatangi, kantor PT Lumbung pun sudah tutup operasi.

Peter Gontha sendiri mengaku tidak tahu apa benar Raden Nuh adalah orang di balik @TrioMacan2000. “Saya mengatakan kepada Raden Nuh, you kan suka menulis macam-macam di Twitter. Ya sudah, kita buat saja program investigasi di televisi soal korupsi dan lainnya,” kata Peter yang saat ini memimpin grup media Berita Satu, menceritakan pertemuan itu kepada VIVAnews.

Namun, karena proposal yang diajukan Raden Nuh dianggap kemahalan, proyek itu tak berlanjut.

Yang menarik, dalam sebuah wawancara dengan sebuah media online nasional pada pertengahan November 2012, Raden Nuh mengaku terang-terangan memang dia admin @TrioMacan2000. Tak cuma itu, dia bahkan juga menyebut nama Abdul Rasyid. “Ini Abdul Rasyid lagi di depan mukaku. Iya, dia salah satu pemegang akun @TrioMacan2000, tapi Syahganda enggak,” begitu dia dikutip. Seorang petinggi media ini yang minta namanya tak disebutkan memastikan akurasi berita ini.

Berbeda dengan Peter Gontha, Umar Syadat sendiri hakulyakin memang Raden Nuh yang selama ini berada di balik @TrioMacan2000. “Yang pasti, akun @TrioMacan2000 itu tidak dikelola sendiri, tapi rombongan beberapa orang,” katanya.

Umar sudah gregetan betul. “Harapan saya, kalau memang Polda Metro Jaya atau Mabes Polri serius ingin menyelesaikan kasus akun anonim ini, saya bersedia menjadi saksi. Lengkap kok bukti saya kalau mereka (Raden Nuh cs.) adalah @TrioMacan2000,” kata Umar.

Bukti yang dimaksud Umar adalah rekaman pernyataan Raden Nuh yang menyatakan dialah pengelola @TrioMacan2000. “Kami ini tim. Kami dibina oleh Pak Nugroho Djayusman,” kata Raden Nuh. (Dengarkan rekaman itu dengan mengklik tautan ini.)

Nugroho adalah mantan Kapolda Metro Jaya. Komisaris Jenderal purnawirawan itu sendiri tidak membantah mengenal Raden Nuh. “Tapi kalau membuat Twitter, saya tidak tahu. Saya ini gaptek (gagap teknologi, red.). Kalau soal kenal, ya kenal,” kata Nugroho saat dihubungi VIVAnews.

Nugroho sendiri menegaskan dia tidak pernah menggunakan pengaruhnya untuk mementahkan penyelidikan polisi. “Salah ya salah, yang benar ya benar,” katanya.

Kepala Divisi Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Pol. Rikwanto menyatakan tidak ada nama-nama besar yang menghalangi penyelidikan polisi selama ini. “Tidak ada yang menghalangi penyidik untuk memproses tindakan melawan hukum. Apabila ada nama-nama besar, malah lebih mudah untuk memproses dan mencarinya,” kata Rikwanto.

Kapolda Metro Jaya Irjen Putut Eko Bayuseno sendiri memastikan akan mempercepat penyelidikan. Untuk memburu “sang macan” polisi katanya bakal mengerahkan alat khusus yang dimiliki Cyber Crime Polda Metro Jaya, yang selama ini dipakai untuk melacak kejahatan di dunia maya.

Kita lihat seberapa ampuh “pukat harimau” yang konon super canggih ini. (kd)

No comments: