Tuesday, November 9, 2010

Letusan Merapi, Berkah Bagi Tanaman


INILAH.COM, Jakarta - Letusan Gunung Merapi menyisakan kesedihan karena menghancurkan ratusan rumah, harta benda, serta nyawa. Namun, di balik itu, letusan Merapi merupakan berkah bagi tanaman.

Saat terjadi letusan, sebagian besar tumbuhan akan mati karena tidak tahan karena temperatur dan kadar asam tanah. Semakin dekat jarak letusan dengan lokasi tanaman, makin besar pula kemungkinan makhluk hidup ini akan mati.

Kepala Sub Bidang Pengamatan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi/VSI ESDM Agus Budianto mengatakan sesuatu yang tidak baik bagi manusia biasanya juga tidak baik bagi tumbuhan. Begitu pula sebaliknya. Semakin dekat maka semakin berbahaya.

"Abu dapat mempengaruhi sinar matahari yang diterima oleh tumbuhan untuk melakukan fotosintesis, memproduksi makanan sendiri," katanya saat dihubungi INILAH.COM, kemarin.

Selain itu, tumbuhan akan mati karena keracunan H2S (hidrogen sulfida) atau silika terlalu tinggi dan terlalu asam. Hal itu membuat tanaman menjadi lemas dan mati. Apalagi, PH tanah di Gunung Merapi antara 5-6 akibat magma yang dikeluarkan oleh letusan gunung.

Ciri khas dari gunung berapi yang mengeluarkan asam adalah adanya ledakan. Sebaliknya jika materi yang keluar adalah basa maka tidak akan ada letusan. Dalam kimia, standar PH 1-6 untuk asam, 7 sampai 8 adalah netral dan di atas itu dianggap sebagai basa. Jika minum air, ph adalah 7 dan aman bagi konsumsi manusia.

"Jika PH terlalu asam maka akar tumbuhan juga mati," ujar Teuku Abdullah Sanny, Associate Profesor di Jurusan Teknik Geofisika ITB. Selain PH, temperatur Merapi juga berpengaruh besar. Pada saat letusan, temperatur di sekitar kawasan ledakan adalah 400 sampai 600 derajat Celcius.

"Semakin ke bawah maka panasnya akan semakin turun dengan cepat menjadi 300 sampai 100 derajat Celcius. Namun, Orang juga bisa menguap karena kondisi ini. Apalagi tumbuhan," kata Sanny lagi.

Ia menyebut tumbuhan yang terkena lahar panas akan langsung gosong. Sementara temperatur maksimum yang kuat diterima tumbuhan adalah 40 derajat Celcius. "Semua situasi yang berlebihan akan mempengaruhi kuantitas oksigen sekaligus kemunculan materi racun lainnya," kata Agus Budianto.

Meskipun begitu, ada sisi positifnya karena gas beracun biasanya akan terpecah akibat terkena angin dan sinar matahari. Karenanya, dampak negatifnya menjadi semakin minim jika jauh dari lokasi.

Hal senada juga diungkapkan oleh Wakil Ketua Pokja Adaptasi Dewan Nasional Perubahan Iklim Armi Susandi. Menurutnya, pada dasarnya tumbuhan memiliki kemampuan lebih besar dalam menanggulangi gas beracun dibandingkan temperatur atau tingkat keasaman.

Salah satu pengajar Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengatakan bahwa tumbuhan juga memiliki fungsi sebagai penyaring debu sehingga seringkali bertahan dalam kondisi udara yang sulit. Kecuali, ujar Armi, jika partikel Merapi itu menutupi stomata sehingga mempengaruhi proses fotosintesis.

Meskipun begitu, dalam kurun satu sampai dua tahun, kadar asam akan segera menghilang karena hujan yang menetralkan, kata Armi. Apalagi, saat terjadi letusan gunung berapi, magma juga membawa materi yang disukai tumbuhan yaitu nitrogen.

Karenanya, setelah Gunung Merapi tidak aktif lagi, Armi menyarankan pemerintah untuk membuat hujan buatan sehingga pemulihan bisa berlangsung cepat bagi tumbuhan.

Hal senada juga diungkapkan oleh Sanny, menurutnya, Gunung Merapi pada dasarnya surga bagi tumbuhan. "Jelas. Setelah satu sampai dua tahun, daerah gunung berapi akan subur karena mengandung mineral yang disukai tanaman seperti mangan, magnesium dan sebagainya," kata Sanny lagi. [mdr]

No comments: