Sunday, April 3, 2011

Bisnis "Harum" Air Seni Keluarga Osama Bin Laden


KOMPAS.com — Jangan pandang enteng bisnis pengelolaan air seni di Mekkah dan Madinah, Arab Saudi. Perusahaan yang menguasai bisnis itu dimiliki keluarga Osama Bin Laden, Saudi Bin Ladin Corporation. Mereka mengatur hampir 50.000 pekerja. Ini bisnis "harum" air seni.

Rinciannya, ada dua mega-toilet dan abolition unit di Masjid al Haram. Tiap-tiap unit bisa menampung hajat kecil dan besar bagi 650 anggota jemaah dan 449 abilition unit. Itu untuk membersihkan hadas besar dan hadas kecil.

Jika penyediaan jasa air suci zam-zam juga dikategorikan pelayanan jemaah untuk menyucikan bagian dalam tubuh anggota jemaah umrah dan haji, maka untuk Anda tahu, dari peta kompleks Masji al Haram, tercatat ada 164 pancuran minum air zam-zam yang tersebar di area dalam dan pelataran masjid. Luasnya 87.175 meter persegi atau hampir setara dengan 100 lapangan bola.

Di Madinah lebih banyak. Berdasarakan keterangan yang diolah dari imaal al hummam (jasa kebersihan WC di Madinah), saya coba merinci jumlah WC itu. Di Nabawi, ada 20 rumah daura miyah wal wudlu. Sebanyak 13 unit untuk lelaki, dan 6 untuk jemaah perempuan.

Satu rumah terdiri 3 lantai. Tiap lantai ada 42 WC dan 150 tempat wudu dan mandi. Artinya, tiap rumah ada 126 WC dan 450 tempat wudu. Untuk jemaah laki-laki, ada 5.850 tempat wudu dan 1.638 toilet.

Untuk perempuan, meski jemaahnya lebih banyak, disediakan 1.800 abolition unit dan 378 WC plus toilet.

Madinah lebih ketat dan ekstrem mengatur cara bersuci. Selain memisahkan rumah bersuci bagi jemaah lelaki dan perempuan, jarak gerbang pintu masjid dengan rumah toilet itu sekitar 300 meter.

Daya tampung Masjid Nabawi luar dalam adalah 627.000 anggota jemaah. Ini belum termasuk lantai atas dan bawah. Jika ditotal, masjid ini pada musim haji bisa menampung 111,1 juta anggota jemaah.

Masya Allah. Saya langsung membatin, saya belum pernah membaca data ada public space dengan jumlah WC sebanyak itu di dunia.

Saya juga takjub dengan doktrin bahwa menjadi khadim al haramain, pelayan dua masjid, di kota suci ini adalah ibadah, meski gajinya hanya 17 real atau setara Rp 51.000 sehari. Mereka kebanyakan adalah para tenaga musiman dari Indonesia. Mereka rela antre untuk berbakti di masjid ini.

"Tiap habis shalat, saya selalu berdoa semoga kontrak saya diperpanjang lagi dua tahun," kata Epeng, petugas kebersihan di Masjid Nabawi. Alasan Epeng, gaji boleh sejumlah itu, tetapi sedekah atau nyabil dari anggota jemaah bisa dua atau tiga kali lipat dari take home pay.

Dalam dua tahun terakhir, otoritas pengelola masjid ini akan bekerja lebih ekstra. Merujuk data dari Kedutaan Besar Arab Saudi, yang dilansir Wikipedia bahasa Inggris, dua tahun terakhir, jumlah jemaah meningkat nyaris 10 kali lipat dalam satu dekade terakhir.

Tahun 1996, jemaah haji yang datang per tahun sekitar 1.080.465 orang. Tren penambahan per tahun berkisar 100.000 orang. Namun, tahun 2005, jumlah itu sudah naik menjadi 1.534.759 anggota jemaah.

Tahun 2010, menyusul dimulainya perbaikan infrastruktur haji dan perluasan dua area shalat, pihak Kerajaan Arab melalui otoritas haji dan umrah hingga Desember 2010 sudah menerima 9.799.601 anggota jemaah.

Pihak otoritas masjid tampaknya harus mulai merancang strategi praktis mengenai cara menyalurkan hajat fisik umat Muslim dari 162 negara, menyusul megaproyek perluasan kawasan ibadah yang akan rampung pada 2016. (Thamzil Thahir)

No comments: